Ekonomi keluarga

Ekonomi keluarga

 

Dalam suatu sesi pelatihan, dibuatlah dua kelompok kartu, yang satu berisi kebutuhan-kebutuhan diri. Seperti mengejar diskon, harga murah, jalan-jalan keluar bersama keluarga, makan bakso dan sebagainya. Sedangkan kelompok yang lain berisi kebutuhan-kebutuhan keluarga yang wajib untuk dipenuhi, pada kelompok pertama mereka boleh memilih untuk menggunakan atau tidak, akan tetapi kelompok kewajiban seperti anak bayar sekolah, anak sakit dan bayar listrik dimasukkan dalam kelompok yang tidak boleh tidak harus dibayarkan.

Dalam simulasi, diketahui bahwa satu keluarga sederhana bisa menyelamatkan penghasilan keluarganya dengan cara ngirit banget. Dengan pola itu, mereka tidak bisa menikmati kebahagiaan dan kegembiraan dengan menggunakan dana yang mereka miliki. Tapi ternyata banyak sekali keluarga yang tidak mampu mengelola keuangan keluarganya. Selalu saja pendapatannya kurang, karena tidak memiliki satu fungsi budgeting (anggaran) yakni fungsi untuk mengurutkan prioritas dalam mengatur keuangan keluarga.

Memang, pelatihan-pelatihan seperti ini dalam suatu keluarga menjadi sangat penting. Dimana kalau semua keluarga menjadi sangat irit, mengekang konsumsi. Tentu secara makro tidak baik pula untuk ekonomi daerah tersebut. Mengapa? Karena tidak terjadinya konsumsi tersebut mengakibatkan orang tidak melakukan produksi atau berusaha memenuhi suplai atas kebutuhan. Dengan demikian, ekonomi sulit untuk berjalan. 

Akan tetapi, memboros-boroskan pendapatan apalagi dengan cara yang marak didorong oleh lembaga-lembaga keuangan yang pada umumnya menawarkan kepada mereka, “pakai dulu, bayar belakangan”. Dengan begitu, mereka sedang didorong untuk mencuri masa depannya sendiri untuk dipakai hari ini. 

Bagi keluarga yang kreatif atau beruntung, keterpaksaan akibat tambahnya pengeluaran itu kemudian mereka memacu untuk mendapatkan penghasilan tambahan, akan tetapi ada pula yang gagal, pembiayaan mereka bermasalah. Jika hal seperti ini banyak dijumpai, tentu menjadi tidak terlalu bagus pula bagi ekonomi suatu wilayah, ekonomi menjadi tidak bergerak. Karena uang  lebih banyak masuk kepada lembaga penyedia pinjaman dan bukan digunakan untuk memicu produksi. 

Maka sesungguhnyalah, mengatur ekonomi keluarga adalah sesuatu yang penting. TAMZIS berupaya agar penghasilan keluarga dapat membawa kebahagiaan. Dalam artian, tidak terlalu irit sehingga mematikan kebutuhan-kebutuhan konsumtif (kesenangan konsumtif), tetapi juga tidak terlalu menjadi boros sehingga menuai penderitaan di kemudian hari. 

Dari pemikiran inilah lembaga-lembaga keuangan diharapkan memiliki wajah yang bisa menyejahterakan masyarakatnya dan mendidik masyarakat untuk membedakan kebutuhan dengan keinginan, itulah yang sesungguhnya kita butuhkan. 

Salah satu kebutuhan dasar yang harus diajarkan adalah menabung. Dulu, para ekonom mengenal adanya garis dimana di bawah garis tersebut ada masyarakat yang tidak mampu menabung tetapi TAMZIS melanggar pakem itu dan percaya bahwa menabung adalah kebutuhan umat manusia. Maka terbukti kemudian, bahwa masyarakat miskin pun mampu menabung. Dan tabungan mereka berkembang dari waktu ke waktu. 

Sesungguhnya TAMZIS percaya bahwa pembiayaan itu seharusnya digunakan untuk membesarkan usaha dan selayaknya diarahkan untuk menambah produksi, membesarkan perdagangan, atau untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat investasi bagi masa yang akan datang. Tentu haruslah dihindari membujuk-bujuk mereka untuk melakukan kegiatan yang bersifat konsumtif yang sesungguhnya tidak diperlukan oleh mereka, hal seperti ini tidak memiliki arti terhadap  perkembangan masyarakat.

Dengan mengajari mereka menabung, berarti kita bisa mengajak mereka untuk membangun modal usaha. Dan ketika usaha tersebut makin berkembang dan membutuhkan modal tambahan. Nah, baru TAMZIS melakukan perannya untuk meningkatkan pemodalan mereka sehingga dapat meningkatkan kapasitas usaha, income mereka bisa naik dan kemampuan menabung mereka menjadi makin kuat. 

Dengan begitu, kapasitas usaha naik, pembiayaan meningkat, ekonomi keluarga semakin kokoh, sekolah anak pun semakin baik serta kehidupan keluarga menjadi lebih sejahtera.

Karena tabungannya semakin meningkat, mereka bisa memperbaiki rumahnya, dimana awalnya berlantai tanah menjadi keramik, yang semula tidak memiliki toilet menjadi punya toilet. Sehingga kesejahteraan diri dan masyarakat meningkat.

Dulu, yang tidak mempunyai waktu luang untuk sosial kemasyarakatan, sekarang bisa membantu secara sosial kemasyarakatan ditempatnya ia tinggal. Meningkatkan  gizi makanannya dan kesehatan keluarga terjamin.

Tentu yang tidak boleh dilupakan dari semua itu dari hulu dan hilirnya adalah ketundukannya kepada Tuhan makin maju. Bukankah sebagaimana orang tua kita bilang “kadzal fakru ayyakuna kufron” (adanya kefakiran itu akan melahirkan kekufuran). Juga terdapat dalam Al Qur'an surat Quraisy, disebutkan “Al-ladzi at-'amahum min jui wa amanahum min khouf” (yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan).   

Lebih jauh dari layanan yang diberikan TAMZIS, kita berharap ekonomi keluarga menjadi lebih bagus. TAMZIS berharap tahun 2020 nanti, TAMZIS mampu membawa satu juta keluarga menjadi keluarga utama. Apa itu keluarga utama? Yakni keluarga yang memiliki aspek yang bagus pada lima parameter maqasidus syariah (maksud syariah). []