Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA); Sumber Daya itu adalah Diri Kita

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA); Sumber Daya itu adalah Diri Kita

 

Menurut para ekonom, Indonesia saat ini menduduki peringkat 16 besar dunia dalam pertumbuhan ekonomi. Diprediksikan tahun 2030, Indonesia berada di posisi ke 7 dunia. Indikasi tersebut ditunjukkan mulai tahun 2000, ASEAN mulai memegang perekonomian dunia. Kedepan ASEAN lah yang menentukan dunia. Itulah nantinya yang disebut dengan era kebangkitan ASEAN.

Nah, untuk lebih detail mengetahui tantangan dan apa peran kita dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) berikut wawancara eksklusif Zubaeri At dengan Anies Baswedan, Dewan Pakar PBMT Indonesia yang kini menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah setelah mengisi acara “Jambore BMT 2014; Berbakti untuk Negeri” di Cibubur Jakarta Timur.

Bagaimana UMKM dalam menghadapi MEA?

Kenyataannya, masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) itu akan tetap berjalan. Dalam situasi seperti itu ada dua komponen. Satu, komponen dari pemerintah. Bagaimana pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampu melindungi, tapi bukan semata-mata protektif. Melindungi dalam artian, pemerintah memberi ruang kepada UMKM agar bisa tumbuh dalam suasana masyarakat ekonomi ASEAN.

Kedua, dari komponen masyarakatnya itu sendiri. Rakyat melihat MEA sebagai kesempatan untuk kompetisi. Dengan standar yang lebih tinggi. Dan Indonesia adalah pasar yang luar biasa besar bagi negara-negara tetangga kita. Tapi masyarakat kita harus bisa diisi oleh produk dalam negeri. Kalau kita tidak mau mengisinya, kita tidak akan tumbuh dan berkembang.

Apa yang bisa dijadikan unggulan bagi Indonesia dalam menghadapi MEA ke depan?

Sebenarnya banyak sektor. Saya ingin menggaris bawahi, di sektor manapun, produktifitas kita harus ditingkatkan. Jadi bila produktifitas kita meningkat tentu efeknya positif. Tapi bila produktifitas ditambah dengan kreatifitas yang menjadi sangat luar biasa. Di situ kita mempunyai potensi yang sangat besar. Karena sebenarnya, bangsa Indonesia itu sebenarnya adalah bangsa yang sangat kreatif. Kalau kita hanya meningkatkan produktifitas, tapi tidak mendorong kreatifitas dalam jangka panjang akan payah sekali.

Bagaimana upaya mendorong pedagang mikro agar bisa lebih kreatif?

Sistematika dalam mengelola, seringkali membuat bisnis plan saja belum bisa. Sebenarnya bukan tidak bisa mengelola, bukan tidak bisa manajemen. Bisa! Buktinya mereka bisa bertahan. Hanya saja selama ini, sistematika pengelolaanya itu tiap orang beda-beda. Bila sistematikanya dibuat standar, maka mereka bisa berurusan dengan lembaga keuangan. Coba saja tanya ke ibu-ibu di pasar, punya gak manajemen. Punya, cuma masih standar dia. Bukan standar yang universal. Sehingga ketika berhubungan dengan lembaga keuangan, tidak nyambung.

Kalau mereka diajari dengan manajemen standar, maka bahasa keuangannya akan sama dengan bahasa yang digunakan oleh lembaga pemberi dana. Kalau bahasanya sama, maka bisa berkomunikasi. Bila bisa berkomunikasi itu artinya ada interasksi bisnis.

Bagaimana agar komunikasi itu bisa saling dipahami antara lembaga keuangan dan pedagang?

Begini, yang namanya kepuasan itu bisa ditingkatkan. Hanya dia harus mendapatkan rancangan untuk bisa meningkat. Jadi diberikan pertanyaan-pertanyaan. Misalnya, ibu ingin gak anaknya kuliah? Ingin gak berangkat haji? Ingin gak bangun rumah atau renovasi rumah? Jadi memberi rangsangan cita-cita sehingga dia terpanggil untuk meningkatkan kinerja. Ada tidak orang yang tak ingin meningkatkan kinerja. Tentu ada. Tetapi mayoritas yang terjadi bila cita-cita rendah, maka dapat rendah pula kebahagiaan yang didapatkan.

Saya pernah mengatakan begini, sebuah problem besar, saya mengutip pendapat orang “ketakutan terbesar itu muncul karena meyakinkan orang gagal untuk meraih cita-citanya, ketakutan terbesar itu adalah berhasil meraih cita-citanya dan cita-citanya itu terlalu rendah”. Itu bahaya terbesar. Jadi, bukan gagal meraih cita-cita, tetapi berhasil mencapai cita-cita dan cita-citanya terlalu rendah.

Tugas dari Perhimpunan BMT Indonesia dan BMT-BMTnya adalah merangsang terbangunnya cita-cita yang besar. Belum tentu bisa diraih. Agar mereka bergerak melakukan sesuatu.

Apa pendapat anda soal peran BMT-BMT?

BMT itu memiliki semangat koperasi itu yang harus didorong. Khususnya, semangat gotong- royong. Ini saatnya bagi koperasi membuktikan di bawah PBMT Indonesia bahwa koperasi bisa berjalan dengan baik, bila bisa dikelola dengan baik.

BMT-BMT ini khas Indonesia. Karena BMT bisa menggabungkan prinsip koperasi dengan prinsip-prinsip keuangan Islam. Bila BMT berhasil membuat terobosan ke depan, insya Allah akan banyak sekali kemajuan yang dibuat. Apalagi pemerintah ke depan akan memberikan perhatian khusus pada koperasi dan sektor mikro dan menengah.

BMT mampu bergerak dengan leluasa, karena BMT memiliki kelenturan dalam bergerak di akar rumput. Justru merekalah yang harus diberikan keleluasaan agar mereka bisa bergerak di bawah. Sedang bank-bank syariah dan bank konvensional bekerja di level yang lain. Kekuatan BMT terletak pada sisi kelenturannya.

Upaya yang harus dilakukan agar BMT berjalan dengan baik? Saya kira manajemen. Yang saya tahu, sekitar 500-an BMT-BMT di Perhimpunan BMT Indonesia pengelolaannya baik. Justru ini yang bisa dijadikan contoh.  

BMT selama ini melayani UMKM, bagaimana menurut Anda?

Kalau kita lihat dari UMKM mampu menyerap sebesar 97% penduduk Indonesia. Kalau kita bicara keadilan dan kesejahteraan serta tenaga produktifitas masyarakat, fokusnya adalah UMKM. Kontribusi UMKM terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia adalah 47 %. Dari 1.000 trilyun pendapatan negara kita, ada 430 trilyun dari UMKM. Ini bukti bahwa BMT banyak memberi kemanfaatan kepada masyarakat mikro. Andalah yang bergerak dari tempat-tempat ke depan. Bukan dari tempat-tempat gegap gembita. Tapi manfaatnya, insya Allah mampu memotong generasi (cut generation) di masa datang.

Di sisi lain, persoalannya sama yakni pendanaan. Hampir 80% usaha mikro didanai dengan modal sendiri. Menurut catatan ekonomi center UI hanya 14% yang dapat dari pinjaman-pinjaman. Dari sini, BMT menjadi menarik, karena khas Indonesia. Sebagai gerakan, BMT harus dibesarkan. Karena dua hal, pertama, karena memberi dampak yang besar. Kedua, BMT adalah khas Indonesia. Dengan menggabungkan konsep koperasi dengan semangat keadilan sosial yang ada dalam kandungan ajaran Islam.

Salah satu cara yang paling mudah menawarkan syariah adalah dengan cara menunjukkan penerapannya dengan menggunakan cara-cara universal yang bisa diterima. Dengan penerapan itu, ajaran Islam dalam menerapkan keadilan dan kesejahteraan sosial, BMT bukan lagi pada level filosofis, level nilai tetapi sudah para level aplikasi. Dengan penerapan ini, maka tidak ada bantahan terhadap sistem syariah tanpa ada data pembanding. Ataupun konsep pembanding.

Selain di atas, apa tantangan terbesar bagi lembaga keuangan syariah, khususnya BMT?

Yaitu sumber dananya sendiri. BMT-BMT harus mencari terobosan cara bagaimana memperoleh dana lebih banyak dan murah yang bisa dipakai untuk mendanai pedagang mikro. Bila itu sudah dilakukan, insya Allah ke depan akan lebih baik.

Hal itu tentu terkait dengan produktifitas masyarakat. Lalu, bagaimana membangun agar masyarakat produktif?

Sumber daya yang dimiliki itu tidak berlebih. Sumber daya yang dimiliki itu memberi manfaat yang besar. Saya membayangkan bahwa setiap kegiatan diukur. Kegiatan usaha. Kegiatan perhimpunan. Kalau diukur, maka akan terlihat seberapa besar sumber daya itu dioptimalkan.

Buktinya apa bahwa sumber daya itu optimal?

Dia menghasilkan terobosan-terobosan. Bisa menghasilkan manfaat baru yang punya efek-efek pada peningkatan kegiatan perekonomian. Kalau masyarakat itu produktif, maka semua sektor itu penuh dengan kegiatan usaha. Kita melihat jalur Jakarta-Bandung terbentang banyak peluang yang bisa dimanfaatkan untuk dunia usaha. Dan itu yang dilihat oleh dunia internasional terhadap Indonesia. Apa saja bisa dilihat menjadi peluang usaha.

Lalu, apa tantangan usaha mikro dalam menghadapi MEA ?

Tantangan kita itu besar. Terutama terkait dengan tenaga kerja. Di mikro bisa meningkatkan produktifitas itu akan luar biasa. Dan usaha untuk memperbesar usaha mikro ini tidak hanya bisa dilakukakan oleh pemerintah saja. Tapi juga harus dilakukan oleh swasta besar atau pemain-pemain dunia usaha besar yang memikirkan bagaimana pendorong munculnya usaha mikro. Mereka memang besar, cuma menjadi kecil peran mereka karena peran kebijakan-kebijakan pemerintah. Sekarang, mereka bisa memainkan peran besar untuk membuat peran tersebut lebih luas.

Terakhir, bagaimana yang mikro-mikro dalam menghadapi MEA?

Sebenarnya, bukan soal mikronya. Tetapi soal sektornya. Karena mikro itu sendiri adalah variasi, bermacam-macam. Oke, perlu saya garis bawahi bahwa secara umum kompetisi itu memberi manfaat bagi konsumen. Kompetisi yang sehat, membuat yang berkompetisi itu mendapatkan manfaat. Tetapi bila kompetisi tidak sehat maka akan ada yang ludes. Kita menginginkan dalam era ini adalah kompetisi yang sehat. Dengan begitu, kita bisa memasuki pasar ASEAN itu dengan perasan kita semua menjadi pemenang. Dan yang mikro itu harus bersiap diri, jangan hanya menyalahkan orang lain.

Sering kali kita itu begitu, kita mempunyai toko kecil. Di sebelah kita tokonya besar, terus kita lebih tahu apa yang dikerjakan toko sebelah, masang iklan, masang ini dan itu. Tapi kita tidak tahu apa yang kita kerjakan apa, kita tidak pasang iklan. Kita tidak pasang baliho. Tidak pasang spanduk dan kita menyalahkan terus toko sebelah. Kenapa kamu pasang iklan? Kenapa kamu pasang baliho? Dan kenapa kamu pasang ini dan itu. Jadi kita lebih tahu agenda dan lebih tahu apa yang dikerjakan orang lain daripada agenda kita dan apa yang akan kita kerjakan. Sekarang, sudah saatnya, kita harus lebih tahu agenda kita dan apa yang akan kita lakukan. [zbr]