Bencmarking

Bencmarking

 

Kalau kita membaca koran, melihat televisi bahkan di internet, Pers nasional tidak bosan-bosannya  meributkan studi banding anggota DPR ke luar negeri. Opini yang berkembang adalah bahwa setiap studi banding anggota DPR ke luar negeri sebagai sesuatu yang buruk, mubazir dan akal-akalan.

Sebagian opini tersebut menjadi benar jika hanya melihat fakta bahwa banyak studi banding tidak  jelas laporannya dan tidak tampak hasilnya. Apalagi jika menghitung biaya untuk kegiatan tersebut, belum lagi setiap anggota DPR mengantongi uang saku yang cukup untuk menghidupi sepuluh keluarga miskin selama satu tahun. studi banding hanyalah dalih dan akal-akalan untuk mengajak anak istri tamasya menggunakan uang negara.

Namun studi banding jika dilakukan dengan benar dan tepat, sungguh sangatlah besar manfaatnya bagi perbaikan pengelolaan negara kita. Studi banding dibutuhkan untuk melakukan komparasi dan bencmark (penandaan) dari negara atau lembaga yang dikunjungi. Bencmark terhadap hal-hal baik yang dapat diterapkan di negara kita. Pepatah mengatakan pengalaman adalah guru terbaik mencapai kemajuan. Pengalaman negara lain, lembaga lain atau orang lain bisa menjadi pengalaman kita melalui studi banding dan bencmarking.

Tentu tidak adil jika kita tidak mengapresiasi ada beberapa studi banding yang melahirkan tata kelola kepentingan umum menjadi lebih baik. Sebut saja misalnya usaha pemerintah mengembangkan transportasi masal melalui busway dan kereta commuter. Kedua proyek tersebut walau belum sepenuhnya berhasil sudah menunjukkan kemajuan. Pengelolaan transportasi masal ini diawali studi banding dan bencmarking pemerintah dan DPR terhadap pengelolaan proyek serupa yang telah berhasil di negara lain.

Bemcmarking bukanlah monopoli negara. Lembaga-lembaga yang lebih kecil seperti sekolah, perusahaan, perpustakaan juga melakukan studi banding dan bencmarking. Tidak ketinggalan pula koperasi syariah yang lebih di kenal dengan BMT. Bahkan sebagai individu kita bisa melakukan bencmarking terhadap individu lain yang berprestasi dan berhasil mengembangkan potensi dirinya.

Sebagai BMT yang termasuk assabiqunal awwalun, TAMZIS sering menjadi tujuan studi banding dan bencmarking. TAMZIS dianggap memiliki segudang pengalaman dalam mengelola dan mengembangkan BMT di Indonesia sehingga perlu dipelajari dan dibencmarking oleh BMT-BMT yang lahir belakangan. Hampir sepanjang tahun TAMZIS mendapat kunjungan BMT tidak hanya dari pulau Jawa tetapi juga dari pulau-pulau lain bahkan lembaga keuangan dari negara lain, Malaysia misalnya.

TAMZIS pun sering melakukan studi banding ke BMT lain baik secara formal maupun informal. TAMZIS menyadari bahwa banyak yang dapat dipelajari dari BMT lain sebagai bahan inspirasi untuk inovasi TAMZIS ke depan.

Banyak pertanyaan yang diajukan para tamu seputar rahasia sukses TAMZIS. Bagaimana TAMZIS yang lahir di sebuah kecamatan di kabupaten yang tidak banyak dikenal orang mampu menjadi icon BMT nasional?

Mengutip para manajer yang biasa bertugas menerima kunjungan BMT lain, ada empat faktor utama yang mengantarkan TAMZIS dengan wajah dan positioning seperti sekarang. Pertama,TAMZIS dikelola sepenuh hati. Semua manajer dan karyawan TAMZIS tidak “nyambi”  bekerja di lembaga lain apalagi lembaga yang sejenis. Kalau pun ada pekerjaan, baik pekerjaan yang bersifat sosial maupun bisnis, karyawan tidak diperkenankan mengerjakannya pada jam kerja TAMZIS.

Kedua, TAMZIS fokus hanya menjalankan kegiatan simpan pinjam dan jasa keuangan. TAMZIS bukan tidak tertarik mengelola sektor riil. Bahkan godaan itu selalu muncul terutama pada saat likuiditas TAMZIS sedang tinggi. Piawai mengelola lembaga keuangan belum tentu piawai mengelola sektor riil. Ada sederetan nama BMT, menjadi almarhum karena bekerja tidak fokus.

Ketiga, manajer dan karyawan TAMZIS menjaga jarak yang sama dengan semua organisasi masa dan organisasi politik. Dengan demikian TAMZIS menjadi milik semua orang, semua ormas dan semua orpol sehingga tidak satu individu, satu ormas maupun satu orpol yang dapat mengklaim TAMZIS sebagai miliknya. Kecenderungan sebuah lembaga keuangan kepada salah satu ormas atau orpol tertentu terbukti membelenggu lembaga keuangan tersebut dan menimbulkan berbagai konflik kepentingan para pengelolanya dan menjadi awal kehancuran. Prinsip ini tidak menghalangi para individu baik manajer maupun  karyawan aktif di ormas atau orpol mana saja. Bahkan setiap karyawan dianjurkan aktif dilingkungannya agar memberi dampak positif bagi masyarakat sekitarnya.

Keempat, di bidang promosi TAMZIS menerapkan promosi dan marketing yang terukur dan terarah. TAMZIS sangat pilih-pilih media untuk beriklan. Koran, Televisi dan media sejenis lainnya termasuk bukan pilihan promosi TAMZIS. Hanya sekali-sekali saja biasanya berkaitan dengan momentum tertentu. Sementara semua  mobil operasional TAMZIS dibranding (dipasangi stiker promosi) secara mencolok sebagai media promosi bergerak yang murah dan efektif. Satu kilometer jalan di kota, ribuan pasang mata melihatnya. Branding juga bermanfaat bagi para pemakainnya menjadi pengingat bahwa mobil yang dibawanya bukan milik pribadi tetapi milik umat, milik para anggota TAMZIS.

Sampai kapan dan sejauh mana para pegiat TAMZIS konsisten melaksanakan empat prinsip manajemen  ini? Wallahu alam. [edr]