INTEGRITY

INTEGRITY

 

Majelis Serambi yang dirahmati Allah, saya ingin berbagi cerita, Ramadhan silam dua ponakan namanya Asif dan Fikri yang lagi belajar di pesantren mendapat kesempatan pulang liburan. Ketika bertemu anak bungsu saya yang telah selesai SD dan hendak berangkat ke pesantren tahun ini, mereka rame cerita suka duka di pesantren. Dari keseruan dalam menceritakan dan gelak tawa tentulah menunjukkan lebih banyak suka yang mewarnai kehidupan mereka menuntut ilmu. Nah, dari pesan mereka kepada anak saya tersebut terdapat kata-kata yang menggelitik, yakni apa yang membuat mereka kangen pulang ke rumah?

Dua ponakan tadi menyatakan, ada dua hal. Pertama, ingat dan kangen masakan ibunya di rumah. Di pesantren tidak ada masakan yang seenak masakan ibunya. Enak sekali. Itu yang membuat kangen dan ingin pulang. Kedua, tahu pong. Saat buka puasa bersama di masjid Al-Jihad Kertek Wonosobo. Pokoknya, pas sirine berbunyi tanda masuk Maghrib, langsung gigit tahu pong enak sekali. Sampai-sampai mereka gambarkan ketika ada gumpalan tahu yang terjatuh, nyeseeel bingiits.

Nah, omong-omong tentang masakan jadi teringat film Kungfu Panda, Holywood memang pinter buat cerita, sehingga meskipun tema ceritanya biasa-biasa saja tapi memiliki plot yang memikat dan beberapa inspirasi yang tidak kering dan tidak terasa menggurui. Misalnya dalam cerita seekor panda gemuk yang terselamatkan hidupnya dari pembunuhan atas seluruh kampungnya dan kemudian diambil anak angkat oleh Mr Ping seorang koki paling mashur di seantero kerajaan Cina waktu itu.

Nah, panda jenaka yang bernama Po ini diharapkan oleh Master Shifu seorang guru kungfu yang mempercayai kekuatan diri Po dan melatihnya dengan mempergunakan hasrat paling besar yang dimilikinya yaitu makan! Walhasil upaya tersebut membuat latihan yang dilakukan tidak dirasa sebagai latihan tapi sebagai sesuatu yang mengasyikkan. Dikisahkan ketika dalam masa penggemblengan, Po merasa bahwa dia tidak terlalu yakin kepada dirinya dan kepada jurus-jurus yang dimilikinya, apalagi untuk memberantas musuhnya Lord Shen yang memiliki kekuatan luar biasa.

Maka di tengah masa pencarian tersebut dia lalu bertanya kepada ayah angkatnya yang pernah menjanjikan suatu resep istimewa yang menjadikan mie yang dibikinnya menjadi begitu disukai oleh banyak orang. Tatkala ditanyakan kepada Mr Ping tentang bumbu rahasia tersebut, maka betapa terkejutnya Po lantaran bapaknya menjawab dengan suatu kalimat There is no secret ingredients, The secret is in you” dan jawaban ayahnya yang menyatakan bahwa tidak ada bumbu rahasia dan kekuatan bumbu itu keluar dari diri yang penuh cinta pada pekerjaannya dan percaya bahwa dari tangannya akan terhidang suatu makanan yang enak. Itulah yang menyadarkan Po bahwa untuk mempelajari kungfupun sebenarnya bukanlah pada jurus yang penuh rahasia, akan tetapi pada kecintaan dan kepercayaan pada diri itulah rahasianya.

Kesungguhan, rasa cinta, semangat itulah yang selalu ingin saya tanamkan kepada karyawan TAMZIS, bagaimana dalam bekerja di bidang ekonomi syariah itu memiliki niatan dan ghiroh (semangat) untuk memperjuangkan dan menegakkan perintah Allah serta mampu memberikan manfaat untuk kesejahteraan umat. Jadi kecintaan kepada Allah, kecintaan kepada anggota dan kecintaan kepada TAMZIS itulah yang lebih menggerakkan, bukan karena besaran gaji atau bonus gaji yang akan didapatkan.

Bila seorang karyawan dalam bekerjanya hanya memperhitungkan berapa gaji yang akan diperolehnya berarti harga diri dan pekerjaannya senilai dari pada yang ia dapatkan. Tidak lebih. Kata orang Jawa, bekerja hanya “adol pundak” menjual otot saja. Tidak ada rasa cinta di dalamnya. Dan sedikit sekali atau bahkan tidak ada nilai kemanfaatan yang akan diberikan.

Bekerja itu seperti menempa besi yang akan dibuat keris. Sebelum dibentuk harus dipanaskan terlebih dahulu hingga muncul bara panasnya, kemudian ditempa berulang-ulang hingga berhamburan buih-buihnya. Buihpun hilang, besi yang tak berguna tersisih dan tertinggal besi utama yang tersisa dan abadi. Begitu juga dengan karyawan TAMZIS, semakin berat tantangan dan rintangannya akan semakin bagus karir dan masa depannya nanti.

Bicara rasa cinta. Pastilah Anda akan bertanya, bagaimana caranya bekerja dengan rasa cinta? Gampang dan sederhana, Pertama, bekerjalah dengan niat menjalankan perintah dari Allah Swt. Dengan begitu, bekerja dicatat sebagai ibadah. Kedua, bekerjalah dengan niat memberi manfaat kepada manusia lain. Senyum dan ringan tangan dalam melayani anggota akan semakin nyata.

Ketiga, bekerjalah seolah-olah masa depanmu betul-betul terlihat jelas dengan apa yang kamu lakukan saat ini, niatkan ini sebagai do’a. Berikan tenaga, waktu dan pikiranmu saat bekerja. Keempat, datang, pulang tepat waktu dan lakukan bekerjaanmu dengan semaksimal mungkin, fokuslah pada kelebihan yang kamu miliki, Sehingga tidak ada rasa menyesal atas setiap kekurangan-kekurangan yang pasti ada dan melekat pada tiap diri.

Nah, bagi seorang manajer selain bertanggung jawab terhadap dirinya dengan penuh gembira, cinta dan gairah hidup mengarahkan dirinya, maka merupakan kewajiban bagi dirinya pula supaya seluruh yang ada dalam roiyyah (tanggung jawabnya) dapat mengeluarkan sepenuh-penuhnya gairah hidup, gairah bekerja mengeluarkan potensi yang terbaik yang dimiliki.

Majelis serambi yang saya cintai, menurut saya itulah Integrity, suatu keseluruhan diri yang hadir memberi dan berasal dari kejujuran, dari sikap shiddiq yakni suatu karakter yang condong kepada kebenaran dan keberanian memperjuangkannya. Sebagaimana sahabat Abu Bakar yang menyatakan benar tentang peristiwa Isro dan Miroj serta keseluruhan syariah yang dibawa Rasulullah dan berani menyatakan kebenaran tersebut ketika sebagian besar kaumnya menyelisihinya. Demikianlah sehingga sifat shiddiq itu melekat pada namanya Abu Bakar Ash Shiddiq.

Terakhir, saya ingin setiap karyawan TAMZIS dalam bekerja selalu mengedepankan rasa cinta dengan menjunjung tinggi nilai kejujuran dan setia terhadap profesinya yakni mendakwahkan ekonomi syariah. Itulah sikap Integrity yang ingin TAMZIS wujudkan. []